BeritaNU.net- Sabtu Bersama Bapak adalah series enam episode yang diproduksi oleh Falcon Pictures. Setelah berhasil merilis filmnya pada 2016 lalu, cerita yang diadopsi dari buku karya Adhitya Mulya kemudian digarap oleh sutradara Rako Prijanto ini sukses menyentuh para penontonnya. Novel populer yang diterbitkan pada tahun 2015 ini cepat mendapatkan popularitas karena kisahnya yang menyentuh hati dan kedalaman emosional yang dimiliki.
Cerita berpusat pada hubungan seorang anak laki-laki dengan ayahnya dan ikatan istimewa yang mereka bagikan pada hari Sabtu. Protagonis, yang menghadapi beberapa tantangan pribadi, menemukan makna sejati dari kasih sayang seorang ayah dan pentingnya hubungan keluarga selama petualangan mereka setiap hari Sabtu. Seiring perkembangan cerita, para karakter menjalani perjalanan penemuan diri, cinta, dan pemahaman.
Novel ini dipuji karena pengisahan yang indah, karakter-karakter yang terasa hidup, dan dampak emosionalnya. Gaya penulisan Adhitya Mulya dikenal karena kesederhanaannya dan kemampuannya untuk menggugah emosi mendalam pada para pembaca. Eksplorasi dinamika hubungan antara ayah dan anak, pertumbuhan pribadi, serta pentingnya menghabiskan waktu berkualitas dengan orang yang dicintai membuat buku ini menjadi cerita yang menyentuh hati dan menarik. Cerita ini sangat menyentuh dan membuat kita merenung tentang kompleksitas hubungan keluarga.
Dalam seriesnya film ini dibintangi oleh pemeran utama Vino G. Bastian, Marsha Timothy, Adipati Dolken, Rey Mbayang, Dinda Hauw dan Enzy Storia.
Alur series ‘Sabtu Bersama Bapak’ bercerita tentang perjuangan hidup seorang bapak mulai dari sebelum sampai anak cucunya lahir. Series ini juga memvisualisasikan bapak idealis yang dibayangkan oleh kebanyakan anak diluar sana. Bapak yang humoris, bapak yang dekat dengan anak-anaknya, bapak yang pintar dan gigih, bapak yang baik juga supel, bapak yang mengajarkan keharmonisan, dan bapak yang tidak pernah sekalipun mengeluh meskipun sebenarnya banyak potensi untuk hal demikian.
Cerita dengan alur maju mundur yang dibagi menjadi tiga bagian waktu menjadikan penonton memahami pendewasaan para tokoh dengan karakter masing-masing. Proses tersebut dari pembelajaran parenting yang disuguhkan yang tidak serta merta hanya dari permasalahan yang ada tetapi juga dengan balutan solusi.
Saya Wiwit Musaadah sebagai resensator tidak akan bercerita banyak terkait dengan series ini, karena akan sangat panjang jika dirunut pembahasanya. Disini saya akan mengulik pemeran utama dalam series ini yakni Wawan / Gunawan (yang diperankan oleh Vino G. Bastian) sebagai bapak dengan konsep parentingnya yang memukau.
Wawan adalah representasi ayah dengan konsep Madrasatul Ula yang digambarkan oleh khalayak umum dengan mengadopsi dari potongan syair Ahmad Syauqi, Pujangga Kairo Mesir; namun diganti dengan peran ayah.
“Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya”
Madrasah dalam KBBI adalah sekolah, sedangkan sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran menurut tingkatannya.
Kritikan keras kepada orang yang mengadopsi syair Syauqi tersebut tertuai yakni jika madrasah adalah tempat untuk anak belajar menambah pengetahuanya, berarti bukan hanya ibu yang berperan sebagai guru tetapi ayah juga harus turut serta menjadi kepala sekolah yang lebih hebat. Tentu seorang kepala sekolah haruslah cerdas.
Wawan dengan sikap tegas serta lemah lembut yang memberikan motivasi kepada anak untuk bercita-cita sejak dini. Hal tersebut dilakukan Wawan dengan tidak hanya serta merta menyuruh anak-anaknya belajar giat sejak dalam bangku sekolah dasar tetapi Wawan juga turun langsung mengajari anaknya ilmu-ilmu pengetahuan.
Selain memiliki sifat yang lembut kepada anak-anaknya Wawan juga berperan sebagai guru ketika anaknya membutuhkan sosok pengajar diluar kelas.
Bukan hanya cerdas ia juga pekerja keras dibuktikan dengan beberapa kali jatuh bangun perekonomian yang dialaminya. Pertama saat awal ibunya sakit dan ia dihadapkan dengan pilihan tidak jadi menikahi Weni pacarnya yang sangat materialis. Lalu saat ia dipecat karena beberapa kali bolos kerja disaat sedang merawat ibunya iapun membuka usaha service elektronik lalu mendapatkan pekerjaan lagi dengan menitipkan ibunya ke perawat namun ternyata perawat tersebut adalah perampok dan isi rumahnya pun habis.
Selain pekerja keras ia juga pekerja cerdas terbukti saat ia tidak ingin mepotkan anaknya saat anaknya sudah dewasa ia menabung dari hasil usaha catering dan rumah makannya hingga saat anaknya dewasa mereka tidak ingin merepotkan anak-anaknya.
Wawan adalah orang yang selalu menginginkan kedamaian. seperti saat anak pertamanya cemburu pada kelahiran adik bayinya, Wawan memberi hadiah atas nama adiknya hingga akhirnya Satya (anak pertama) luluh untuk tidak mencemburui adiknya. Hal itu juga bisa dilihat saat kakaknya menjual rumah orang tuanya untuk melunasi hutangnya ia lebih memilih memberontak dengan membeli rumah tersebut atas namanya sendiri.
Konsep parenting dalam penerapan Wawan selaku ayah dalam sekolah pertama merujuk pada bagaimana mereka (Wawan dan Itje) menjadi orang tua dengan cara bekerja sama dan sepakat dalam mendidik anak bahkan mulai sejak sebelum mempunyai anak. Hal terkeren yang bisa diadopsi dari kesepakatan tersebut adalah bentuk nasihat komitmen menjadi orang tua yang baik, meskipun banyak kekurangan bahkan sampai akhirnya dia tau umurnya yang tidak panjang lagi tetap memutuskan untuk membekali anaknya dengan nasihat yang bisa ia buat melalui rekaman video sebelum akhirnya ia meninggal dunia.
Menjadi orang tua yang baik pasti melibatkan komunikasi, kolaborasi, dan dukungan antara suami-istri dalam memahami dan memenuhi kebutuhan pendidikan anak.
Itulah tadi sedikit gambaran konsep madrosatul ula dalam ilmu parenting pada tokoh Wawan di series Sabtu Bersama Bapak, semoga bermanfaat.