Jakarta, BeritaNU
Baru-baru ini ramai diperbincangkan ibu Santi yang memiliki seorang anak dengan cerebral palsy atau gangguan yang memengaruhi kemampuan koordinasi tubuh seseorang. Penyakit ini membutuhkan ganja medis sebagai obatnya.
Foto Ibu Santi membawa poster yang berisikan tulisan “Tolong anakku butuh ganja medis” berserakan di media sosial. Dia melakukan aksi demo untuk menuntut Mahkamah Konstitusi agar dilegalkan ganja medis untuk pengobatan anaknya. Namun sebetulnya bagaimana hukum Islam mengenai penggunaan ganja ?
Ganja dianggap benda psikotropika yang memabukkan, sehingga dihukumi haram. Masuk dalam kelompok benda memabukkan (muskir). Padahal muskir sendiri sejatinya adalah yang berbentuk minuman, bukan makanan.
Ganja sendiri sudah lama digunakan masyarakat di beberapa daerah sebagai bumbu masak, dan tidak memabukkan. Dan itu masih berlangsung hingga kini. Di Yaman sendiri dikenal Gatt, makanan sejenis ganja dan teliti digunakan untuk stamina. Banyak ulama yang menggunakannya. namun kini benda itu di Indonesia juga digolongkan psikotropika.
“Prinsipnya jika untuk pengobatan maka dapat menggunakan barang yang jelas haram. Dengan catatan tidak ada lagi obat yang halal. Adapun ganja sebagai obat medis, tentu harus ditempatkan pada tempatnya sebagai obat. Tidak ada unsur memabukkan di sana, dan manfaatnya jelas dirasakan bagi si sakit,” tutur Kiai Jamaludin Hasyim selaku Wakil Katib Syuriyah PWNU Jakarta saat diwawancarai, Kamis (29/6/22).
“Jadi saya sepakat melegalkan ganja medis, dengan catatan peredarannya harus terkendali dan terdapat jaminan tidak disalahgunakan untuk psikotropika.” tutup Kiai Jamaludin.
Manfaat Ganja Secara Medis
Dikutip tirto.id, Penggunaan ganja secara medis yang paling umum adalah untuk mengontrol rasa sakit. Sementara ganja tidak cukup kuat untuk rasa sakit yang parah (misalnya, nyeri pasca operasi atau patah tulang), ganja cukup efektif untuk rasa sakit kronis yang mengganggu jutaan orang, terutama seiring bertambahnya usia.
Menurut situs Harvard, bagian dari manfaat terbaik ganja adalah jelas lebih aman daripada opiat (tidak mungkin overdosis dan jauh lebih tidak membuat ketagihan) dan dapat menggantikan NSAID seperti Advil atau Aleve, jika orang tidak dapat meminumnya karena masalah dengan ginjal, bisul atau GERD.
Secara khusus, ganja tampaknya meringankan rasa sakit dari multiple sclerosis, dan nyeri saraf secara umum. Berikut adalah manfaat ganja secara medis:
1. Menurunkan tekanan darah Sebuah studi tahun 2017 menemukan bahwa CBD menurunkan tekanan darah partisipan manusia. Ini mengurangi tekanan darah istirahat mereka serta tekanan darah mereka setelah tes stres termasuk aritmatika mental, latihan isometrik, dan tes cold pressor.
2. Mengurangi peradangan CBD telah terbukti membantu mengurangi peradangan dan nyeri neuropatik yang ditimbulkannya, menurut sebuah studi dari Rockefeller Institute of Medical Research.
3. Mencegah kekambuhan pada kecanduan narkoba dan alkohol Sebuah studi 2018 menemukan bahwa CBD dapat berguna dalam membantu orang yang menderita kecanduan narkoba dan alkohol. Uji coba praklinis dengan tikus laboratorium menentukan bahwa CBD mengurangi hasrat yang disebabkan oleh stres, kecemasan, dan kurangnya kontrol impuls yang sering menyebabkan orang kambuh.
4. Mengobati gangguan kecemasan Kecemasan mungkin merupakan penderitaan paling umum yang digunakan orang untuk CBD, dan sebuah studi praklinis menemukan bahwa CBD bisa efektif dalam mengobati gangguan kecemasan umum, gangguan panik, gangguan kecemasan sosial, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan stres pascatrauma.
5. Mengobati gangguan gastrointestinal (GI) Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa CBD dan cannabinoid non-psikoaktif lainnya dapat secara efektif digunakan untuk mencegah dan mengobati gangguan GI seperti sindrom iritasi usus besar (IBS), penyakit radang usus (IBD), Crohn, kolitis ulserativa dan banyak lagi. Sifat anti-inflamasi CBD adalah kunci untuk mengurangi dan mencegah gejala.
6. Mencegah kejang Beberapa dekade penelitian telah menggunakan CBD untuk mengobati epilepsi dan sindrom kejang lainnya, dan penelitian baru-baru ini menunjukkan itu dapat memiliki efek positif dalam mengurangi gejala dan frekuensi kejang.
7. Melawan kanker CBD tidak hanya digunakan untuk membantu meringankan efek kemoterapi, tetapi penelitian juga menemukan bahwa CBD dapat mencegah pertumbuhan sel dan menginduksi kematian sel pada garis sel kanker serviks dan memiliki banyak efek anti-kanker yang dapat membantu mencegah berbagai jenis kanker, mengobati tumor, dan bermanfaat bagi sistem kekebalan tubuh. Di luar tujuh manfaat tersebut, masih ada lagi yang masih diteliti dan diuji.