BeritaNU.net – Jakarta, 27 Juli 2023 – Ustadz M. Islah aktivis lingkungan dari WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) memberikan penjelasan tentang pentingnya “Seminar Diklat Pesantren Ekopreneur” yang diinisiasi oleh RMI PWNU DKI Jakarta di Ma’had Aly Zawiyah. Dalam seminar ini, Islah berbicara tentang peran pesantren dalam menghadapi perubahan lingkungan yang semakin kritis.
Dalam paparannya, Islah menyadarkan peserta seminar bahwa kesadaran lingkungan merupakan kunci bagi pesantren untuk tetap mandiri dan berkelanjutan. Ia menyampaikan bahwa pesantren di masa lalu selalu memiliki keterkaitan dengan alam, mandiri dalam menyediakan kebutuhan makanan melalui pertanian dan perikanan yang berkelanjutan.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, banyak pesantren yang mulai kehilangan kemandiriannya. Islah mengajak para pesantren untuk kembali menghidupi lingkungan dengan menggali potensi pertanian, peternakan, dan perikanan yang berbasis ekologi. Hal ini akan membantu pesantren menjadi mandiri dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa mengabaikan pelestarian lingkungan.
Islah juga mengingatkan tentang peran penting pendiri NU, yaitu KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, dalam memperjuangkan isu lingkungan. Gus Dur aktif dalam lembaga P3M (Pusat Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat) pada tahun 1980-an hingga 1990-an dan membawa isu lingkungan ke dalam pesantren. Salah satu momen bersejarah adalah ketika pesantren di sekitar Jepara turun untuk menolak pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Islah menegaskan bahwa pesantren memiliki peran strategis dalam menyuarakan isu lingkungan dan mempengaruhi masyarakat untuk turut peduli dan berkontribusi dalam pelestarian alam. Pesantren harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai lingkungan dalam kurikulum dan pendidikan sehari-hari, sehingga santri dapat menjadi ekopreneur yang peduli dengan lingkungan dan bisnis yang berkelanjutan.
Dalam seminar ini, Islah juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pesantren dengan pemerintah dan masyarakat. Pesantren dapat menjadi agen perubahan dalam mendorong kesadaran lingkungan di masyarakat, termasuk dalam pengelolaan sampah, penghijauan, dan penghematan energi.
Pentingnya pemahaman lingkungan di pesantren juga didukung oleh ayat-ayat Al-Qur’an yang menekankan pentingnya menjaga alam dan makhluk hidup di dalamnya. Oleh karena itu, seminar ini menjadi momentum bagi pesantren untuk mengembangkan gagasan dan program yang berorientasi pada pelestarian lingkungan dan kesadaran lingkungan.
Seminar Diklat Pesantren Ekopreneur ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membangun kesadaran dan komitmen pesantren dalam menjaga kelestarian alam. Dengan kemandirian ekonomi dan kesadaran lingkungan yang kuat, pesantren di Indonesia diharapkan dapat menjadi pusat pendidikan yang berdaya saing, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Semoga pesantren menjadi garda terdepan dalam mendorong kesadaran lingkungan di tengah tantangan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang semakin kompleks.
Lingkungan merupakan elemen tak terpisahkan dari keberlangsungan kehidupan di Bumi. Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan ini tidak bisa terlepas atau terpisah-pisah dengan yang namanya teritorial kabupaten, kota, provinsi, hingga negara Indonesia. Sebagai satu kesatuan, setiap masalah lingkungan di suatu wilayah akan berdampak luas hingga menyebar ke tempat lain, mirip dengan efek kupu-kupu atau yang sering disebut sebagai “butterfly effect.”
Contohnya, persoalan penambangan di Kalimantan dan pencemaran lingkungan di Papua bukanlah sekadar masalah lokal, namun telah menjadi perhatian orang sedunia. Tindakan-tindakan di suatu tempat bisa memicu dampak yang merembet ke tempat lain. Peristiwa kecil yang terjadi di satu daerah dapat memberikan efek berantai yang menyebabkan perubahan di wilayah lain.
Sebagai contoh nyata, di daerah-daerah seperti Karawang, yang dahulunya merupakan lahan pertanian subur, telah berubah menjadi kawasan industri yang berdampak negatif pada lingkungan. Limbah industri yang dibuang secara sembarangan menyebabkan pencemaran sungai dan aliran irigasi, yang pada gilirannya merusak sawah-sawah di sekitarnya. Petani mengalami kegagalan panen, merugi dalam menjual sawahnya, dan akhirnya mungkin harus beralih ke sektor industri atau perumahan.
Tantangan serupa terjadi di sekitar wilayah pesisir Utara Jakarta. Proyek pengurugan reklamasi pantai untuk pembangunan pulau-pulau buatan mengakibatkan penyedotan pasir dari daerah lain, seperti Banten. Efek negatifnya adalah keruhnya air dan berkurangnya populasi ikan, mengakibatkan kerugian bagi nelayan dan lingkungan perairan. Abrasi yang terjadi di Serang Utara juga merupakan contoh nyata dari dampak lingkungan yang merembet. Permukaan air laut yang semakin tinggi berpotensi mengancam desa-desa di sekitarnya dengan risiko tenggelam.
Di tengah pemanasan global dan perubahan iklim, semakin penting bagi kita untuk menghadapi tantangan pelestarian lingkungan dengan kesadaran dan tindakan yang lebih besar. Tidak hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita semua sebagai warga negara untuk menghargai dan melindungi alam serta sumber daya alam yang ada.
Kesadaran akan adanya ketidakadilan sosial juga menjadi salah satu fokus dalam pelestarian lingkungan. Beberapa daerah, seperti Kalimalang yang dikenal dengan banjir mulia, menjadi contoh bagaimana pengelolaan lingkungan yang tidak baik dapat menimbulkan bencana alam yang merugikan masyarakat banyak. Oleh karena itu, pendekatan dalam pengelolaan lingkungan harus berbasis pada keadilan sosial dan mempertimbangkan kesejahteraan semua pihak.
Sebagai ibu-ibu dan warga masyarakat, kita perlu memahami bahwa pelestarian lingkungan adalah kewajiban kita bersama. Langkah-langkah konkret, seperti pengelolaan sampah yang baik, penghijauan, dan kegiatan ramah lingkungan lainnya, harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Saat ini, lingkungan kita membutuhkan perlindungan dan perhatian lebih dari kita semua agar kita bisa meninggalkan bumi ini dalam kondisi yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Author: Wiwit Musaadah
Editor Abdurrahman Mubarok