Jakarta, BeritaNU.NET | Memperingati HUT Forum Betawi Rempug (FBR) PWNU DKI Jakarta mengangkat tema Albatawiyun kuluhum Annahdliyuun illa man abaa (semua orang Betawi itu adalah Nahdlatul Ulama kecuali yang tidak mau) yang dicetuskan oleh ketua PWNU DKI Jakarta KH. Samsul Ma’arif. Pernyataan ini dalam rangka memperkuat tali kasih persatuan warga Betawi dengan Nahdlatul Ulama.
FBR, Organisasi masyarakat yang berdiri di Pondok Pesantren Yatim Zidatul Mubtadi’ien, Cakung, Jakarta Timur pada tanggal 29 Juli 2001 ini memang memiliki kedekatan khusus dengan Nahdatul Ulama apalagi Imam Besar FBR yang sekarang adalah Pengurus PWNU DKI Jakarta.
Saat dihubungi Ustadz Yusuf Mansur bercerita tentang bagaimana FBR bisa berdiri sampai sekarang.
“Dulu atas izin Allah, guru Mansyur selalu ngomong kata Rempug, akur, rukun, pecah belah. Alhamdulillah terwakili jangan sama FBR. Selamat Ulang Tahun FBR !” Ucap Ustadz Yusuf Mansur kepada Berita.NU, Jumat (15/7).
Beliau juga bercerita mengenai sejarah Nahdlatul Ulama berdiri di Jakarta. Berawal dari guru Mansyur yang mendirikan pondok pesantren Almanshuriyah di Jembatan Lima, Jakarta barat. Pondok pesantren ini dulunya adalah pondok Nahdloh atau yang diambil dari kata Nahdlatul Ulama.
“Dahulu setiap warga Betawi adalah NU, sekarang sudah banyak terbawa arus,” kata Ustadz Yusuf Mansur.
Di momentum Harlah ke-21 FBR, Ustadz Yusuf Mansyur berpesan untuk warga NU dan betawi agar selalu hidup harmonis dan mampu menjaga keutuhan NKRI.
“Banyak sabar dan belajarlah berbaik. Kita harus belajar saling memaafkan dan apakah diri dari dendam dan amarah. Banyakin zikir, baca Qur’an. Belajarlah maklum melihat kesalahan orang lain, bukan membolehkan tapi memaklumi ternyata kurang pendidikan, ilmu, pergaulan atau bisa jadi kurang baik baik baik do’a,” pesannya.
Pesan ini tidak hanya disampaikan untuk orang Jakarta saja tetapi untuk semua orang. Tujuannya agar bisa hidup rukun, rempug, akur, harmonis dengan siapa saja bahkan dengan alam.
Kontributor: Wiwit Musaadah
Editor: Faqih