Jakarta – BeritaNU.NET | Perjalanan waktu bergerak merubah dinamika kehidupan serta pola pikiran masyarakat luas khususnya umat islam, bukannya mengarah kepada pola pikir yang positif, produktif dan moderat menurut penuturan Wakil Ketua PWNU DKI Jakarta Dr. KH. Mulawarman Hannase M.A bahwa sekarang kita berada didalam era distrupsi yang merubah tatanan kehidupan kita secara masif dan menjadi sebuah sistem baru, katanya pada acara “Madrasah Kader Aswaja Muslimat NU” yang bertempat Aula lt 8 Gedung PBNU, Jakarta Pusat.
“Saat ini kita berada di era distrupsi yang merubah tatanan kehidupan kita secara masif dan menjadi sebuah sistem baru, era distrupsi kali ini menjadi zaman yang kebenaran terbolak-balik yang benar dikata salah dan begitupun sebaliknya, ketika peraturan dan etika disemua sisi kehidupan terutama dalam sisi keagamaan menjadi terbalik” Rabu siang (6/7/2022).
Dilanjutkan oleh KH. Mulawarman “sehingga yang tidak punya pemahaman agama yang baik apalagi tidak pernah nyatri (Istilah orang sekolah di pondok pesantren) banyak diikuti oleh umat dan dilain sisi, kiai yang kadar keilmuannya bisa disebut ulama karena sedari kecil nyantri berujung dicaci, dibenci dan dijauhkan,” Ungkapnya.
Selanjutnya Wakil ketua PBNU menyebut bahwa era distrupsi yang kita rasakan sekarang menghasilkan orang-orang yang tidak tau diri dalam menyebarkan ilmu agama.
“Ditengah era distrupsi kita merasa prihatin, seperti para ustadz yang tampil di televisi akan ilmunya sangat sempit karna bahasannya yang jauh dari segi substansi ajaran agama tentunya berbeda dibanding kyai kita di NU yang memang benar pernah belajar ilmu dengan sanad yang jelas,” Tegasnya
Kiai mulawarman melanjutkan “Bahkan bahayanya ustadz yang tidak teruji keilmuannya dapat menyebarkan berita bohong seperti dikatakan bahwa pahlawan nasional pattimura beragama Islam padahal kristen, saking dangkalnya pengetahuan dan ketidaksukaan dengan yang berbeda mereka membohongi publik”.
Kiai Mulawarman menjelaskan sikap yang perlu kita ambil di era distrubsi ini, ada 3 hal diantaranya:
- Bersikap moderat, kita perlu menjadi orang moderat dan sikap ini bisa dikenali dari mereka yang bisa menerima keragaman penafsiran baik soal kehidupan sosial dan keagamaan,
- Mampu menyikapi dan menyelaraskan budaya dan agama,
- Dapat menyelaraskan hubungan negara dan agama.
Lebih jauh lagi “Kita di NU menerima madzab yang berbeda dengan yang kita pakai sekarang dan kita juga menerima Pancasila serta UUD 1945 sebagai dasar Negara Indonesia, jika karaternya selalu membidahkan dan menyalahkan itu ciri orang yang terkena efek dari era distrupsi,” tuturnya
“Menurutnya orang yang terkena efek dari era distrupsi, jika sudah berislam maka aturan negara harus islam itulah ciri ahlul bid’ah, thogut, NKRI bid’ah, pancasila bidah bahkan membandingkan alquran dengan pancasila karna itu bukan bandingannya”. Tutupnya.
Editor: Haekal Attar